`

Senin, 29 November 2021

Dua macam jalan besar

 Mengenal Tasawuf(50)

Di dalam belajar tasawuf ada dua macam jalan besar.

Satu jalur Jadzab, yg kedua adalah jalur sholiikin..

Jalur Jadzab adalah jalur gila kepada Alloh sehingga jalur ini tidak bisa dipelajari dan orang awam akan menganggap pengikutnya juga gila..

Bedakan dengan Jadzab dalam pengertian yg beredar diumum adalah Jadzab dalam arti konslet

Seorang yg Jadzab pada dasarnya tidak bisa dipelajari dan juga orang yg Jadzab tidak bisa dijadikan guru..

Kita tinggalkan persoalan Jadzab, kita masuk bahasan yg kedua yaitu belajar tasawuf jalur salikin. Atau jalur suluk ..yaitu jalur tahapan2, jalur yg ada tingkatan2nya..

Semua murid berbeda2 kondisinya, ada yg baru tahapan awal, ada yg sudah meningkat, ada yg sudah lebih meningkat lagi yg kesemuanya sesuai dg prosesnya masing2..

Tetapi siapapun itu tidak akan pernah paham dg tasawuf jika belum masuk ke dalamnya..

Siapapun itu tidak akan bisa memahami bagaimana di Shiddiqiyyah selama belum masuk ke dalam Shiddiqiyyah..

Dan apakah yg sudah pernah masuk di Shiddiqiyyah sudah pasti tahu tentang Shiddiqiyyah secara keseluruhan?

Tentulah tidak, pemahaman mereka tentang Shiddiqiyyah akan sangat tergantung kepada sudah menerima pelajaran apa saja, seberapa sering mereka mengikuti pengajian2 dari sang Maha Guru, seberapa sering mereka bersilaturahmi tholabul ilmu ke bapak Kholifah wakil Mursyid, dan seberapa mereka kuat dalam berjuang di dalam mujahadah ke dalam dan keluar dirinya..ditambah semuanya adalah tergantung kepada berkat Rohmat Alloh..

Jadi wajar namanya murid itu ada salahnya, bahkan bapak Kholifah pun posisi dg Mursyidnya adalah seorang murid yg masih perlu terus menerus dibimbing oleh Mursyidnya. Sekali lagi..menjadi hal lumrah merekapun memiliki salah di dalam bersuluk atau sebagai salik dalam berthoriqoh..

Ajaran tasawuf adalah ajaran yg mengedepankan rasa, priksa dan karsa serta memohon pertolongan Alloh.

Tidak hanya rasa saja, tidak hanya pikir atau priksa saja tetapi juga karsa dan berkat Rohmat Alloh..

Oleh sebab itu, akan sangat memudahkan di dalam pembelajaran berthoriqoh adalah iktiqod kita keyakinan terhadap Mursyidnya sebagai wasilah antara murid dg Alloh, sebagaimana perintah Alloh  di dalam Al-Qur'an :

Surat Al-Ma’idah Ayat 35

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱبْتَغُوٓا۟ إِلَيْهِ ٱلْوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُوا۟ فِى سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wabtagū ilaihil-wasīlata wa jāhidụ fī sabīlihī la'allakum tuflihun"

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (perantaraan) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan"

Ada yg baru dzikir jahar, dan ia jarang shillaturohmi ke bapak Kholifah dan jarang ngaji langsung ke Mursyid ya akan berbeda hasil dan pemahamannya, demikian juga ketika pelajarannya meningkat ke dzikir sirri, akan berbeda yg diterima pemahamannya dg yg baru dzikir jahar, ditambah dg berkat Rohmat Alloh yg sudah diterima oleh si murid..

Maka, ada cara cepat dalam pembelajaran melalui jalur tasawuf yaitu melalui sami'na wa atho'na..melalui ketaatan terhadap Mursyidnya..

Dan ini akan bertentangan dg pemikiran-pemikiran orientalis yg mengedepankan akal pikir dari pada masalah rasa di dalam berbicara tentang masalah keyakinan.

Mereka2 membutuhkan dalil, membutuhkan sesuatu itu bisa dipahami dulu baru mereka meyakininya dan itu akan berbeda dg dasar sami'na wa atho'na yang mendahulukan tentang keyakinan di dalam rasa hatinya terlebih dahulu, batu secara bertahap menggunakan akal pikir untuk memahaminya.

Ingatlah wahai sedulur, 

Mursyid kita itu bukan guru Fiqih, bukan pula guru bahasa Arab, melainkan Mursyid kita adalah guru tasawuf yg lebih mengedepankan rasa, priksa, karsa yg menerima Ilham ruhi dari Alloh ta'ala.

Bagi yg belum masuk di dalam tasawuf memang gk mudah untuk memahami tasawuf itu,

Bagi yg sudah masuk atau sudah pernah masuk ke dalam tasawuf ingatlah bahwa perjalanan kita masih jauh,

Dan bagi yg sudah paham tasawuf, tutupilah berlian ilmu ini dg berbagai macam cara..

"Jika berlian-berlian ini aku kalungkan ke leher celeng, bukan salah celengnya, tapi salah kita yg meletakkan ditempat yg salah."

Salah letak keliru pasang..

Mengenal Tasawuf