`

Minggu, 14 November 2021

Wa ala wistaqomu ala thoriqoti la as qoinahum ma`an ghodaqoh

 Mengenal Tasawuf (7)

PENGANTAR THORIQOH DAN TASAWUF

Ada baiknya saya sedikit memberikan informasi tentang bagaimana kita

menghadapi kerumitan-kerumitan dan kenjlimetan-kenjlimetan di dalam

mempelajari sesuatu. Terutama dalam hal ini adalah di dalam memahami

hal-hal

yang berkaitan dengan tasawuf.

1. Tasawuf (saya yakin anda sudah paham), bukan ilmu teoritis yang bisa

dipelajari hanya melalui buku-buku, dialog-dialog, diskusi-diskusi, melalui

pembicaraan-pembicaraan. Melainkan harus dipelajari secara praktek.

Artinya,

sudah waktunya bagi peminat-peminat tasawuf untuk mulai (bagi yang belum),

memilih thoriqoh-thoriqoh yang cocok dengan dirinya. Karena tidak ada jalan

lain di dalam mendalami ajaran Islam, dan tidak ada jalan lain di dalam

pendekatan diri pada Alloh(seperti dicontohkan pendahulu kita) kecuali

melalui thoriqoh-thoriqoh yang tersebar di seluruh dunia."Wa ala wistaqomu

ala thoriqoti la as qoinahum ma`an ghodaqoh".` Seandainya engkau istiqomah

di thoriqoh, niscaya Alloh akan memberimu siraman air kehidupan` -Insya

Alloh tentang Thoriqoh-thoriqoh yang bisa diikuti, akan saya berikan

informasinya, di 12 negara ada 44 thoriqoh yang di akui kebenaran dan

kebesarannya. Hanya sebagai patokannya:

a. Dasarnya Qur`an-Hadits(Prinsip)

b. Biasanya, jalur silsilah ajarannya sampai ke Nabi Muhammad.

c. Adanya suluk atau tahapan-tahapan

Sekali lagi mohon maaf, diskusi-diskusi atau pembicaraan-pembicaraan

seperti

di medsos ini, manfaatnya yang pokok, hanya memberikan semangat pada

saudara-saudara untuk meningkatkan pendekatan diri pada Alloh, meningkatkan

semangat terutama sekali agar (yang belum) segera belajar melalui

thoriqoh-thoriqoh yang ada.

Dan yang sudah mengikuti thoriqoh, agar lebih meningkat lagi "mujadah-nya".

Sedang untuk masalah peningkatan rohani, sama sekali tidak bisa kita

peroleh

melalui forum pembicaraan seperti ini. Bahkan banyak bahayanya. Seperti

bahaya riya` saat kita menulis, bahaya `ujub`, dan bagi yang sudah belajar

melalui thoriqoh, lebih bahaya lagi dalam hal kita merasa sudah mencapai

suatu tingkat tertentu, karena kita bisa memahami suatu pengertian atau

kita

bisa menyampaikan suatu pemahaman `tingkat tinggi`, padahal itu adalah

`kosong` dalam arti kita hanya `tinggi` dalam `pemahaman`, tapi tidak dalam

`kenyataan`. Seperti kita mendapatkan peti dari emas, perak, berlian, ratna

mutu manikam, tetapi tidak ada isinya. Sekali lagi saya minta maaf. Tasawuf

adalah `laku`, atau `praktek`, atau `amal`.

Saya hanya mengingatkan diri saya saja, karena tasawuf tidak terletak pada

tingginya pemahaman, tasawuf tidak terletak pada pakaian `shuf`, tasawuf

tidak terletak pada gaya yang `eksentrik`, tapi tasawuf terletak pada

praktek `Akhlakul karimah`. atau `Takholaku bi Akhlakillah`.

Sekali lagi saya minta maaf.

2. Sebagaimana biasanya, apabila kita di dalam memahami ajaran agama, di

situ ada kesulitan, pahamilah dari sudut yang kita tahu dan kita sanggup

untuk mengerjakannya. Karena apabila kita memahami sesuatu yang kita tidak

sanggup mengerjakannya, maka di situ akan timbul kemalasan dan celakanya

kalau sampai keputus-asa-an.

Gara-gara bahasan diskusi yang `cukup` rumit,

sampai-sampai ada dulu saudara kita yang berucap.kurang lebih sbb:" Wah , lha

kalau harus mewaspadai tipuan dunia, setan, dll, bukankah itu terlalu

sulit??. Bukankah ujung-ujungnya sesuatu itu diterima Alloh karena

rohmatNya, lebih baik ya... seperti sekarang ini saja, ndak usah

njlimet-njlimet. yang penting ibadah. Entah riya` entah ndak ikhlas, dll.

Bukannya bersemangat karena pembahasan yang`tinggi`, tapi malahan merasa

tidak mampu, merasa tidak bisa melaksanakan, malas, artinya semangatnya

tambah kendor. Bukankah ini satu hal yang memprihatinkan??. Inilah salah

satu alasan, kenapa tiap satu pemahaman, mesti disesuaikan dengan pemahaman

dari pendengarnya.

Jadi dalam hal ini, dari satu pembahasan, ada baiknya memang di ambil yang

kita bisa paham, diambil pemahaman yang bisa meningkatkan semangat kita

untuk meningkatkan rohani kita, yang kita bisa tambah meningkatkan diri

kita

untuk mendekatkan diri pada Alloh SWT.

3. Dalam masalah memahami buku-buku tasawuf, perlu kita ketahui dulu ,

siapa

pengarangnya? Apakah benar-benar orang tasawuf atau bukan?Kemudian kalau

benar-benar yang orang tasawuf,"kira-kira", expert atau tidak??. Supaya

tidak kita`gebyah uyah` atau disamaratakan bahwa buku tasawuf semua benar.

Pendapat-pendapat yang rumit semua benar, dll. Biar kita tidak keliru di

dalam memahami.

Satu contoh, apabila kita membaca bukunya imam ghozali, pada saat Imam

Ghozali masih menjadi guru besar (belum terjun kedalam dunia tasawuf), maka

karya-karyanya tidak akan bisa memberikan pemahaman tasawuf terhadap kita.

Hal itu berbeda sejak dia sudah mendalami tasawuf, berkholwat di atas

menara

selama 10 tahun, dan riyadhoh-riyadhoh lain, sehingga cahaya kebenaran dari

dirinya tampak, pada saat setelah itu-lah karya-karyanya menjadi berbobot

bagi dunia Islam khususnya tasawuf.

Contoh lain seperti Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah banyak menulis buku-buku

yang menghujat tasawuf, menyerang tasawuf, (terutama buku-buku Ibnu

Taimiyah

yang masuk di Indonesia). Tetapi ini akan berbeda setelah menjelang akhir

hidupnya, dipenjara, dia justru mendalami tasawuf dan karya-karya sesudah

itu, adalah pembelaannya terhadap tasawuf. Karena dia sudah merasakan

kebenaran tasawuf.

4. Buku-buku tentang tasawuf-pun, (di sini yang saya maksud yang dikarang

oleh ulama tasawuf yang `bener-bener` atau yang memang expert di bidang

tasawuf, inipun bermacam-macam. Ada buku-buku yang ringan, ada buku-buku

yang pemahamannya rumit dan ada buku-buku yang sangat rumit. Buku-buku yang

sangat rumit ini menjadi sia-sia apabila rohani pembaca memang belum

`mencapai`, atau bahkan berbahaya bagi yang belum `mencapai`. (seperti

`Daqo`ikul Akbar`, `Futuhatul Makiyah`, oleh Ibnu Arobi, dll ).

Oleh karena hal-hal di atas, tidak ada alasan lain kecuali kita harus

berguru melalui thoriqoh-thoriqoh yang ada. Agar kita dapat menarik manfaat

dari ajaran tasawuf atau ajaran Islam itu sendiri, melalui "Ulama

(bener-bener) warosatul Anbiya`"

Sekali lagi saya mohon maaf, semoga hal ini bermanfaat.



Mengenal Tasawuf