Mengenal Tasawuf (7)
PENGANTAR THORIQOH DAN TASAWUF
Ada baiknya saya sedikit memberikan informasi tentang bagaimana kita
menghadapi kerumitan-kerumitan dan kenjlimetan-kenjlimetan di dalam
mempelajari sesuatu. Terutama dalam hal ini adalah di dalam memahami
hal-hal
yang berkaitan dengan tasawuf.
1. Tasawuf (saya yakin anda sudah paham), bukan ilmu teoritis yang bisa
dipelajari hanya melalui buku-buku, dialog-dialog, diskusi-diskusi, melalui
pembicaraan-pembicaraan. Melainkan harus dipelajari secara praktek.
Artinya,
sudah waktunya bagi peminat-peminat tasawuf untuk mulai (bagi yang belum),
memilih thoriqoh-thoriqoh yang cocok dengan dirinya. Karena tidak ada jalan
lain di dalam mendalami ajaran Islam, dan tidak ada jalan lain di dalam
pendekatan diri pada Alloh(seperti dicontohkan pendahulu kita) kecuali
melalui thoriqoh-thoriqoh yang tersebar di seluruh dunia."Wa ala wistaqomu
ala thoriqoti la as qoinahum ma`an ghodaqoh".` Seandainya engkau istiqomah
di thoriqoh, niscaya Alloh akan memberimu siraman air kehidupan` -Insya
Alloh tentang Thoriqoh-thoriqoh yang bisa diikuti, akan saya berikan
informasinya, di 12 negara ada 44 thoriqoh yang di akui kebenaran dan
kebesarannya. Hanya sebagai patokannya:
a. Dasarnya Qur`an-Hadits(Prinsip)
b. Biasanya, jalur silsilah ajarannya sampai ke Nabi Muhammad.
c. Adanya suluk atau tahapan-tahapan
Sekali lagi mohon maaf, diskusi-diskusi atau pembicaraan-pembicaraan
seperti
di medsos ini, manfaatnya yang pokok, hanya memberikan semangat pada
saudara-saudara untuk meningkatkan pendekatan diri pada Alloh, meningkatkan
semangat terutama sekali agar (yang belum) segera belajar melalui
thoriqoh-thoriqoh yang ada.
Dan yang sudah mengikuti thoriqoh, agar lebih meningkat lagi "mujadah-nya".
Sedang untuk masalah peningkatan rohani, sama sekali tidak bisa kita
peroleh
melalui forum pembicaraan seperti ini. Bahkan banyak bahayanya. Seperti
bahaya riya` saat kita menulis, bahaya `ujub`, dan bagi yang sudah belajar
melalui thoriqoh, lebih bahaya lagi dalam hal kita merasa sudah mencapai
suatu tingkat tertentu, karena kita bisa memahami suatu pengertian atau
kita
bisa menyampaikan suatu pemahaman `tingkat tinggi`, padahal itu adalah
`kosong` dalam arti kita hanya `tinggi` dalam `pemahaman`, tapi tidak dalam
`kenyataan`. Seperti kita mendapatkan peti dari emas, perak, berlian, ratna
mutu manikam, tetapi tidak ada isinya. Sekali lagi saya minta maaf. Tasawuf
adalah `laku`, atau `praktek`, atau `amal`.
Saya hanya mengingatkan diri saya saja, karena tasawuf tidak terletak pada
tingginya pemahaman, tasawuf tidak terletak pada pakaian `shuf`, tasawuf
tidak terletak pada gaya yang `eksentrik`, tapi tasawuf terletak pada
praktek `Akhlakul karimah`. atau `Takholaku bi Akhlakillah`.
Sekali lagi saya minta maaf.
2. Sebagaimana biasanya, apabila kita di dalam memahami ajaran agama, di
situ ada kesulitan, pahamilah dari sudut yang kita tahu dan kita sanggup
untuk mengerjakannya. Karena apabila kita memahami sesuatu yang kita tidak
sanggup mengerjakannya, maka di situ akan timbul kemalasan dan celakanya
kalau sampai keputus-asa-an.
Gara-gara bahasan diskusi yang `cukup` rumit,
sampai-sampai ada dulu saudara kita yang berucap.kurang lebih sbb:" Wah , lha
kalau harus mewaspadai tipuan dunia, setan, dll, bukankah itu terlalu
sulit??. Bukankah ujung-ujungnya sesuatu itu diterima Alloh karena
rohmatNya, lebih baik ya... seperti sekarang ini saja, ndak usah
njlimet-njlimet. yang penting ibadah. Entah riya` entah ndak ikhlas, dll.
Bukannya bersemangat karena pembahasan yang`tinggi`, tapi malahan merasa
tidak mampu, merasa tidak bisa melaksanakan, malas, artinya semangatnya
tambah kendor. Bukankah ini satu hal yang memprihatinkan??. Inilah salah
satu alasan, kenapa tiap satu pemahaman, mesti disesuaikan dengan pemahaman
dari pendengarnya.
Jadi dalam hal ini, dari satu pembahasan, ada baiknya memang di ambil yang
kita bisa paham, diambil pemahaman yang bisa meningkatkan semangat kita
untuk meningkatkan rohani kita, yang kita bisa tambah meningkatkan diri
kita
untuk mendekatkan diri pada Alloh SWT.
3. Dalam masalah memahami buku-buku tasawuf, perlu kita ketahui dulu ,
siapa
pengarangnya? Apakah benar-benar orang tasawuf atau bukan?Kemudian kalau
benar-benar yang orang tasawuf,"kira-kira", expert atau tidak??. Supaya
tidak kita`gebyah uyah` atau disamaratakan bahwa buku tasawuf semua benar.
Pendapat-pendapat yang rumit semua benar, dll. Biar kita tidak keliru di
dalam memahami.
Satu contoh, apabila kita membaca bukunya imam ghozali, pada saat Imam
Ghozali masih menjadi guru besar (belum terjun kedalam dunia tasawuf), maka
karya-karyanya tidak akan bisa memberikan pemahaman tasawuf terhadap kita.
Hal itu berbeda sejak dia sudah mendalami tasawuf, berkholwat di atas
menara
selama 10 tahun, dan riyadhoh-riyadhoh lain, sehingga cahaya kebenaran dari
dirinya tampak, pada saat setelah itu-lah karya-karyanya menjadi berbobot
bagi dunia Islam khususnya tasawuf.
Contoh lain seperti Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah banyak menulis buku-buku
yang menghujat tasawuf, menyerang tasawuf, (terutama buku-buku Ibnu
Taimiyah
yang masuk di Indonesia). Tetapi ini akan berbeda setelah menjelang akhir
hidupnya, dipenjara, dia justru mendalami tasawuf dan karya-karya sesudah
itu, adalah pembelaannya terhadap tasawuf. Karena dia sudah merasakan
kebenaran tasawuf.
4. Buku-buku tentang tasawuf-pun, (di sini yang saya maksud yang dikarang
oleh ulama tasawuf yang `bener-bener` atau yang memang expert di bidang
tasawuf, inipun bermacam-macam. Ada buku-buku yang ringan, ada buku-buku
yang pemahamannya rumit dan ada buku-buku yang sangat rumit. Buku-buku yang
sangat rumit ini menjadi sia-sia apabila rohani pembaca memang belum
`mencapai`, atau bahkan berbahaya bagi yang belum `mencapai`. (seperti
`Daqo`ikul Akbar`, `Futuhatul Makiyah`, oleh Ibnu Arobi, dll ).
Oleh karena hal-hal di atas, tidak ada alasan lain kecuali kita harus
berguru melalui thoriqoh-thoriqoh yang ada. Agar kita dapat menarik manfaat
dari ajaran tasawuf atau ajaran Islam itu sendiri, melalui "Ulama
(bener-bener) warosatul Anbiya`"
Sekali lagi saya mohon maaf, semoga hal ini bermanfaat.