`

Senin, 22 November 2021

Ittiba' (mengikuti)

 Mengenal Tasawuf (34)

Ittiba'  (mengikuti) 

Di dalam kita berguru dengan Mursyid tasawuf maka perlulah kita tahu bagaimana harus bersikap dan bagaimana kita harus beradab sebagai murid terhadap Mursyidnya.

Maka di sini saya bahas 1 sikap saja, adab murid terhadap Mursyidnya yaitu yg disebut dengan ittiba' yg artinya adalah mengikuti apa2 yg sudah disampaikan oleh Mursyidnya, mengikuti apa2 yg sudah diberikan contoh oleh Mursyidnya dan mengikuti apa2 yg diperintahkan oleh Mursyidnya dengan sungguh2.

Bukan sebaliknya yaitu menyendiri, keluar dari jamaah, merasa sudah mampu, bahkan tidak lagi mau mengikuti Mursyidnya dan malahan merasa mampu menandingi Mursyidnya atau bahkan merasa lebih hebat dari pada Mursyidnya.

as-Sayyidi Syekh al-Arifbillah al-Imam al-Mursyid al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Umar bin Thoha bin Hasan bin Thoha bin Yahya Ba’Alawy–Pekalongan, di dalam Kitab al-Awrad ath-Thariqah asy-Syadzaliyah ’Aliyah’, pada no ke 16 menyebutkan :

16.Murid tidak boleh mempunyai i’tiqod bahwa ia dapat menandingi Gurunya, walaupun  dia telah berhikmah kepada Guru seribu tahun lamanya dan menafkahkan seluruh hartanya. Barangsiapa yang terlintas dalam hatinya seperti yang disebutkan tadi maka murid tersebut bisa khuruj anit thorieq atau keluar dari thariqah dan terhitung merusakkan janji atau bai’at.

Sekarang sama2 kita petakan satu persatu:

Jika Mursyid kita sudah mengajarkan pada kita untuk :

1.Berorganisasi (dilingkungan Shiddiqiyyah ada Opshid, ORSHID, Dhibra, jkp, YPS) apakah kita sudah masuk dan aktif sebagai pengurus di organisasi itu?

2. Jika Mursyid kita sudah mengajak untuk beribadah qurban dan sholat idul Adha di pusat Losplos Jomja Iroja, apakah kita memilih untuk mengikuti seruannya ataukah kita memilih mengadakan sendiri jika jarak tempat kita dekat?

3. Jika kita sudah diperintah untuk menarik garis demarkasi dg gerombolan fitnah, apakah kita sudah menarik garis demarkasi dg gerombolan ataukah malah kita bergabung dg gerombolan fitnah?

4... Anda bisa menambahkan sendiri contoh2 ittiba' atau mengikuti guru itu bagaimana.. dan anda bisa melihat sendiri orang2 yg tidak mengikuti gurunya yg bagaimana..

Di kitab yg sama juga mengatakan:

Murid agar meminta izin kepada Mursyidnya jika ingin melakukan suatu perkara agar mendapat ridho dan doa restu dari sang Mursyid..

Kembalikan ke diri kita masing2, apakah kita akan mengikuti ego diri kita, ataukah kita akan mengikuti Mursyid kita?

Tanyakan pada hati nurani kita masing2,

Apakah iktiqodmu masih pada Mursyid mu ataukah pada yg lain? Siapapun itu..

Tanyakan pada hati fitrohmu,

Apakah engkau lebih mendahulukan untuk mengikuti Mursyidmu? Ataukah mengutamakan siapapun selain Mursyidmu?

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah keputusan-Nya". 

Subchanalloh, Alhamdulillah, astaghfirullah, Mursyid Shiddiqiyyah hati ini melakukan safari  ke Mungkid Magelang dan ke Pelabuhan Ratu Sukabumi. Meski mungkin kita gk bisa ikut perjalanan beliau Mursyid kita, tapi paling tidak hati kita yg tahu, apakah kita ittiba' mengikuti Mursyid kita ataukah kita menjauh dari Mursyid kita.

Berbahagialah murid2 yg ittiba' mau mengikuti Mursyidnya, berbahagialah murid2 yg diajak oleh Beliau Mursyid, dan berbahagialah murid2 yg senantiasa mendampingi beliau Mursyid Shiddiqiyyah, Bapak Kyai Muchammad Muchtar Mu'thi.



Mengenal Tasawuf