Mengenal Tasawuf (23)
Sami'na Wa Atho'na
Surat Al Maidah Ayat 7
ذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَمِيْثَاقَهُ الَّذِيْ وَاثَقَكُمْ بِهٖٓ ۙاِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ
"ważkurụ ni'matallāhi 'alaikum wa mīṡāqahullażī wāṡaqakum bihī iż qultum sami'nā wa aṭa'nā wattaqullāh, innallāha 'alīmum biżātiṣ-ṣudụr"
"Dan ingatlah akan karunia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikatkan kepadamu, ketika kamu mengatakan, “Kami mendengar dan kami menaati.” Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati"
Sami'na wa ata'na = Kami mendengar dan kami menaati, hanya 3 kalimat tapi betapa sulitnya untuk benar2 melaksanakan kata2 'wa' sebagai kata penghubung atau kata sambung menunjukkan apa yg di dengarkan itu satu kesatuan dengan ketaatan untuk kemudian dilaksanakan.
Bagaimana jika kamu 'mendengar' Mursyid dawuh,"kamu baca Laa Haula wala quwata ilabillah", apakah yg kamu taati dan kamu laksanakan yg kamu baca menjadi "Laa Haula wala quwata ilabillahil aliyyil adzim"?
Kalau memang yg dikehendaki Mursyid kamu membaca itu, tentulah yg dikatakan Mursyid ya sejelas matahari ketika berkata, kamu baca "Laa Haula wala quwata ilabillahil aliyyil adzim"..
Bagaimana jika kamu mendengar Mursyid dawuh, "doa ini kamu baca 19x" apakah kamu akan baca 19x5? Ataukah akan kamu baca 27x? Dimana yg katanya sami'na wa atho'na? Yaa kami mendengar dan kami ta'ati.
Satu waktu beliau kyai Tar memberikan pembekalan ke 500 orang pilihan dari seluruh Indonesia, dikumpulkan di gedung isti'anah, pembekalan khusus. Di situ diajarkan tentang kontak fatehah khusus, yg cuman dibaca 1x.
Dan yg menarik, seandainya yg seharusnya kita baca cuman 1x itu kita baca 2x, denda/sanksinya gk main2, mesti baca istighfar 1000x..
Silakan di croscek ke kader terdekat ditempat anda. Tanyakan ke mereka yg termasuk diijinkan mengikuti pembekalan khusus itu atas apa yg saya sampekan. Selisih 1 bacaan fatehah 1x saja, dendanya sanpai baca istighfar 1000x.
Bagaimana seandainya kita membuat hitungan sendiri atas apa yg sudah diajarkan oleh Mursyid?
Ya itulah seringkali yg menghambat perjalanan Ruhani kita sendiri..
Saya masih inget seorang kader yg dulu sering ke almarhum pak Nyoto, Sunyoto Hasan Ahmad . Ia kalau dzikir jahar gk ngitung lagi, meski maksimal hitungan 12,000.
Pertama kali dia Dateng ke pak Nyoto sama pak Nyoto ditanya,"kamu kalau dzikir Nafi Itsbat berapa kali?
" Gk mesti pak ya kadang 6000x kadang 12.000 kali."
Pak Nyoto bertanya lagi,"kata yg mbaiat jahar dulu kamu diajari berapa kali?"
"600x pak"
Pak Nyoto terdiam,
Kemudian si murid melanjutkan alasannya,
"Saya sudah merasakan ajaran Shiddiqiyyah pak, luar biasa, saya dzikir bisa merasakan enaknya, jadi ya saya teruskan, cuman katanya temen2 kader2 lama gk boleh hitungan di atas 12,000 ya saya Ndak lebih pak"
Pak Nyoto menghela nafas agak panjang, kemudian menjelaskan,
"Guru ruhani itu mengalami proses yg panjang sampai diangkat oleh pak kyai menjadi Kholifah dan berhak memberikan pengajaran Ruhani, kalau guru berkata 600x itu ya disesuaikan dg wadahnya murid"
Cuman gitu aja, dan si murid tahu kesalahannya, soal hitungan pun gk boleh sak enak e udel e Dewe..padahal udel e Dewe gk Nok sing enak.
Ini tasawuf bro..bukan fiqih.