`

Jumat, 24 Desember 2021

Mengenal Tasawuf(84)

Mengenal Tasawuf(84)

Di gedung jati manunggal Kabuh, beliau Mursyid Shiddiqiyyah dawuh,
"Orang tasawuf itu cukup menjawab dg 1 kata "siap"
"Di ajak berjuang, Siaap !
Di ajak shodaqoh, Siaaap!
Di ajak membangun rumah layak huni, siaaap!
Kemudian dg nada yg dilirihkan beliau dawuh,
"Diajak perang?"
Siaaap !
Perang Riddah, juga disebut Perang Melawan Kemurtadan, adalah perang melawan pemberontakan beberapa suku Arab. Perang ini dilancarkan oleh Khalifah Abu Bakar selama tahun 632 dan 633 M, setelah kematian nabi Islam, Muhammad.
Memerangi Orang Murtad
Bersamaan dengan pengangkatan Abu Bakar, suku-suku Arab tidak mau lagi tunduk dibawan kepemimpinan pusat di Madinah. Sesudah Nabi wafat, mereka berpendapat bahwa kekuasaan Quraisy memimpin Arab telah usai. Adapaun sebabnya mereka berlaku demikian ialah karena sebagian tidak percaya akan mematian Nabi, setelah nyata kebenaran meninggalnya Nabi, sebagian ragu akan kebenaran Islam. Mereka menyangka bahwa kaum Quraisy takkan bangun lagi sesudah pemimpinnya meninggal dunia. Mereka tidak akan tunduk dibawah kekuasaan Quraisy atas nama agama. Apalagi sebagian besar bangsa Arab ketika itu, barus aja memeluk agama Islam yang melarang mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan yang telah menjadi darah daging mereka selama ini, seperti minum tuak, berjudi dan sebagainya.
Enggan Membayar Zakat
Oleh karena itu beberapa suku Arab tidak mau takluk lagi dibawah kepemimpinan Abu Bakar. Mereka enggan mengeluarkan zakat yang mereka pandang hanya sebagai upeti yang harus diberikan kepada Nabi saja.
Munculnya Nabi Palsu
Api perlawanan dan pendurhakaan itu menjalr dengan cepat dari satu suku kepada yang lain, sehingga hampir menggoyahkan sendi khilafah Islam yang masih muda itu. Kekuasah khalifah ketika itu hanya meliputi Makkah, Madinah dan Taif saja. Sementara itu banyak pula diantara orang Arab yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi. Yang berbahaya sekali adlah Musailamah al-Kazzab, yang mendakwakan kenabiannya ersama Nabi Muhammad ketika beliau masih hidup. Dia mengatakan, bahwa Allah telah memberikan pangkat nabi kepadanya bersama dengan Rasulullah. Oleh karena dia berbuat dusta itu, dia mendapat gelar ‘al-Kazzab’ yang artinya ‘si pendusta’. Bengikutnya banyak yang tersebar di Yamamah. Ladi dari pada itu ada lagi beberapa nabi palsu, seperti Thulaihah bin Khuwailid, Sjah Thamiyah seorang perempuan, yang kemudian kawin dengan Musailamah.
Memerangi Orang-orang Murtad
Peristiwa sulit yang hebat ini diatasi Abu Bakar dengan kemauan dan perhatian keras membaja. Dengan cepat disiapkannya sebelas pasukan untuk menaklukkan kaum yang murtad itu. Masing-masing panglimanya diperintahkan menuju daerah yang telah ditentukan.
Sesungguhnya beberapa orang sahabat menasehati kepada Abu Bakar agar dia tidak memerangi orang yang tidak membayar zakat itu. Namun disinilai keteguhan hati khalifah. Dia mengatakan: “Dengan sesungguhnya, walaupun mereka enggan membayar seutas tali kecil yang telah pernah dibayarkan kepada Rasulullah dahulu, niscaya akan kuperangi juga mereka selaipun aku akan binasa oleh karenanya.”
Setahun lamanya Abu Bakar dapat menundukkan kaum yang murtad itu serta orang-orang yang mengaku menjadi nabi serta orang-orang yang enggan membayar zakat, sehingga kalimat Tuhan kembali menjulang tinggi. Dalam kemenangan kaum muslimin ini, kehormatan besar harus diberikan kepada panglima Khalid bin Walid, Saifullah yang perkasa itu. Dialah yang menghancurkan kekuatan Thulaihah dan Sajah serta memaksa keduanya memeluk Islam. Dan dia pula yang membunuh Musailamah al-Kazzab dan memporak-porandakan laskarnya.
Bersumber dari Abu Bakar Shiddiq inilah, jalur silsilah Thoriqoh Shiddiqiyyah.
Abu Bakar yg kalem dan lunak, lembut hati lebih lembut dari Umar bin Khottob tapi menghadapi pengkhianatan, kemurtadan, para Pendusta, ia lebih memilih memerangi mereka demi tegaknya agama Islam di jazirah Arab.