`

Minggu, 05 Desember 2021

Manusia biasa

 Mengenal Tasawuf (58)

Quran Surat Al-Kahfi Ayat 110

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

"Qul innamā ana basyarum miṡlukum yụḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid, fa mang kāna yarjụ liqā`a rabbihī falya'mal 'amalan ṣāliḥaw wa lā yusyrik bi'ibādati rabbihī aḥadā"

"Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya"."

Di ayat itu menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah manusia biasa, yg merasakan rasa lapar, yg membutuhkan tidur/istirahat, yg berjalan, yg ke pasar, dan menjalankan aktivitas lain sebagai manusia biasa.

Tetapi ingat, "yụḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid,"

yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa"

Ini yg membedakan Nabi Muhammad Saw dengan manusia biasa yg lainnya..

Maka beliau sebagai Nabi menerima Wahyu dari Alloh, menerima anugrah mukjizat dari Alloh..menerima pancaran nur ilahiyyah..

Demikian juga ketika membicarakan ulama, seperti seorang Mursyid,

"Al ulama'u warotsatul anbiya'"

"Ulama yg mewarisi ilmu para Nabi"

Setelah para Nabiyyin, kemudian Shiddiqin..

Mursyid thoriqoh Shiddiqiyyah, Bapak Kyai Muchammad Muchtar Mu'thi adalah manusia biasa.

Beliau ya makan, ya istirahat, ya berjalan, ya melakukan kunjungan, safari, dan aktivitas sebagai manusia pada umumnya.

Tetapi jangan lupa, beliau sebagai manusia yang juga menerima petunjuk Alloh,

"yụḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥid,"

yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa"

Mursyid dari kata al-Irsyad, yg memberikan petunjuk.

Sehingga beliau Mursyid Shiddiqiyyah mendapatkan petunjuk2 Alloh yg kemudian petunjuk itu sebagian diberikan sebagai pembelajaran, pembinaan dan pendidikan kepada murid2 Shiddiqiyyah, dan juga menerima anugrah Irhas atau yg disebut umum adalah karomat para wali..

"Inna akromakum indallohi atqokum"

Orang2 di sisi Alloh itu akroma / dimuliakan oleh Alloh ..

Akroma diserap bahasa Indonesia dari bahasa Arab akroma itu menjadi kata2 dalam bahasa Indonesia yaitu kata2 "karomah / keramat"

Jadi seorang Mursyid itu tahu, mengetahui atas petunjuk Alloh, dawil bashoir, tahu sebelum, sekarang dan yg akan terjadi..

Dan seorang Mursyid juga tahu masing2 muridnya, dan lebih tahu apa yg ada di dalam thoriqohnya.

"Yang lebih memahami sebuah thoriqoh adalah Mursyidnya"

Satu waktu beliau bercerita tentang kitab futuhatul Makkiyyah yg ditulis oleh Syech Muhyiddin Ibnu Arobi. Kitab tasawuf tingkat tinggi yg sulit memahaminya.

Murid yg mendengarkan dawuh beliau tentang kitab ini mbatin "moga2 satu waktu ada yg menerjemahkan kitab futuhatul Makkiyyah ini"

Apa yg di batin si murid langsung dijawab lisan oleh beliau Mursyid.

"Untung gk ada yg menerjemahkan kitab ini karena sulit dipahami dan bisa menimbulkan salah pengertian"

Kagetlah si murid mendengar apa yg dibathinnya langsung di jawab oleh Mursyid Shiddiqiyyah.

Maka sungguh satu fitnah, jika dikatakan Mursyidnya itu bisa ditipu, bisa dipaksa, bisa dimanipulasi, bisa dipengaruhi oleh siapapun..

Sebab gerak langkah seorang Mursyid itu melibatkan seluruh rasa, priksa dan karsa yg senantiasa menerima Ilham ruhi atau petunjuk dari Alloh SWT..baik secara langsung maupun tidak langsung..

Semoga, kita tetap ada di dalam perahu Nabi Nuh, di dalam ajaran Shiddiqiyyah dan tetap taat kepada Mursyid kita Syech Muchtarulloh al-Mujtaba...

Mengenal Tasawuf