Di dunia ini ada sebuah kitab tashowwuf namanya Risalah Qusyairiyah berbahasa Arab. Sekarang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Secara garis besar isinya terbagi menjadi dua:
Bagian pertama (1) menerangkan seluk beluk ilmu tashowwuf.
Bagian ke dua (2) menghimpun.tokoh-tokoh besar tashowwuf yang dibahas secara lengkap.
Di dalam kitab itu diantaranya menceritakan seorang Syekh Thoriqoh Shiddiqiyyah yang namanya Abu Bakar Shiddiq dari negeri Baghdad.
Suatu saat terjadi kebakaran hebat melanda sebuah pasar di kota Bagdhad. Ribuan toko habis, hanya toko milik Abu Bakar Shiddiq yang selamat dari musibah kebakaran.
Keajaiban ini lalu disampaikan pembantu Abu Bakar Shiddiq. Setelah mendengarnya Abu Bakar mengucap syukur Alhamdulillah. Tetapi perasaan bahagia Abu Bakar ini tak lama.berubah..
Beliau sadar kalau ucapannya itu salah. “Mengapa mata saya buta terhadap penderitaa orang lain hanya karena toko saya selamat.
Menurut Al Qur'an, mestinya ya pertama saya mengucap Innalillahi wa'inna ilaihi rooji'un. Beliau menangis selama lebih dari 10 tahun karena lengah dan mementingkan diri sendiri. “Apakah saya bisa makan enak, kalau melihat penderitaan orang banyak," sesal Mursyid Abu Bakar.
Bila kita selamat dalam kondisi seperti Itu, sedangkan orang lain tidak, maka pertama yang harus kita ucapkan “Innalillahiwainnailaihi rooji'un”
setelah itu baru membaca “Alhamdulillah”. Itu pelajaran yang dicontohkan Syekh Abu Bakar Shiddig yang tersebut di dalam kitab Ousyairi.
Bagi saya, ihi pelajaran sangat mendalam. Bagaimana tidak, untuk menebus satu kesalahan karena lengah, tidak menghiraukan penderitaan orang lain, beliau bertobat selama 10tahun.
Pada umumnya ketika diri kita selamat dari musibah sedang orang lain menderita biasanya yang diucapkan adalah syukur alhamdulillah. Semata- mata melihat dirinya sendiri. Setelah membaca kitab itu, saya mengerti itulah hebatnya Mursyid Thorigoh Shiddiqiyyah Abu Bakar Shiddig.