`

Selasa, 06 Juni 2023

Bangunan Tertinggi Di Dunia

 Bangunan Tertinggi Di Dunia

Atas Berkat Rohmat Alloh Yang Maha Kuasa

Thoriqoh Shiddiqiyyah adalah merupakan suatu Thoriqoh yang bersanad pada Sahabat Abu Bakar. Thoriqoh itu sendiri memiliki makna " Jalan/Cara/Metode/Tehnik". Sedangkan Shiddiqiyyah diambil dari gelar Abu Bakar yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW, pasaca peristiwa Isro' Mi'roj. Kata Ash-Shiddiq, mempunyai makna "Benar".

Secara bahasa, Thoriqoh Shiddqiyyah bermakna Jalan Kebenaran. Secara istilah Thoriqoh Shiddiqiyyah adalah merupakan Suatu jalan atau suatu cara atau suatu metode dzikir bersanadkan Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq. Dengan kata lain, Thoriqoh Shiddiqiyyah merupakan suatu metode dzikir dari Jalur Abu Bakar atau golongan Abu Bakar.

Seperti pada thoriqoh thoriqoh yang lain, inti pelajaran dari Thoriqoh Shiddiqiyyah adalah Laa Ilaha Illalloh Muhammadur Rosululloh. Hanya pengembangan dari metode² yang ada di Shiddiqiyyah berbeda dengan Thoriqoh yang lain. Semua Metode maupun Ajaran yang ada di Shiddiqiyyah bersumber pada kitab Suci Al-Qur'an dan AsSunah.

Metode dzikir dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah itu sendiri terdiri 2 bagian. Baik itu Dzikir Jahar maupun Dzikir Sirri.

Dzikir secara Ritual maupun Dzikir secara Sosial. Baik itu Dzikir secara Dhohir, maupun Dzikir secara Bathin. Oleh karenanya, lembaga pendidikan formal yang ada di Thoriqoh Shiddiqiyyah diberi nama Pondok Pesantren Majmaal Bahrain. Pesantren yang mengajarkan tentang ilmu Syariat maupun Haqiqat. Pesantren yang mengajarkan tentang ilmu Dhohir dan ilmu Bathin.

Contoh Dzikir Ritual yang ada di Thoriqoh Shiddiqiyyah ini adalah Dzikir Jahar, Dzikir Sirri, Dzikir Pernapasan dst. Contoh Dzikir Sosial yang ada di Thoriqoh Shiddiqiyyah Dzikir Santunan Nasional, Dzikir Pembangunan Rumah Syukur Kemerdekaan Indonesia, Dzikir Pembangunan Jamiatul Mudzakkirin, Dzikir Bergorganisasi dsb. Semua Dzikir diatas merupakan beberapa metode dzikir yang ada di dalam Thoriqoh Shiddiqiyyah. Tujuan dari semua metode dzikir tersebut adalah

1. Membentuk Jiwa² yang Bersyukur.

2. Membentuk Manusia² yang Bertaqwa.

3. Membentuk Hamba² yang taat Beribadah.

4. Membentuk Manusia yang Rohmatan Lil Alamin.

5. Membentuk Manusia yang menegakkan Kalimat Laa Ilaha Illalloh,Muhammadur Rosululloh.

Hubungan antara Dzikir Ritual dan Dzikir Sosial yang ada didalam Thoriqoh Shiddiqiyyah adalah Saling Berkaitan satu dengan yang lain. Keduanya tidak terpisahkan dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Oleh karena saling berkaitan satu sama lain, maka hikmah tidak akan terpancar dan tujuan dzikir tidak akan tercapai, apabila para pengikut atau murid Shiddiqiyyah hanya memfokuskan diri pada Satu jalur dzikir saja. Murid Shiddiqiyyah tidak akan menemukan sejatinya kehidupan jika hanya berfokus pada Dzikir Sosial saja. Begitu juga sebaliknya, Murid Shiddiqiyyah tidak akan mendapatkan arti dari sebuah kehidupan jika hanya berfokus pada Dzikir Ritual saja.

Seorang penempuh jalan Thoriqoh Shiddiqiyyah bisa dikatakan berhasil dalam pembentukan Karakter Shiddiqiyyah-nya, Ialah seseorang yang melestarikan Dzikir Ritual dan Dizikir Sosial selama hidupnya. Mereka yang terus menerus mensinergikan kekuatan dzikir Ritual dan Dzikir Sosial seumur hidupnya, ialah yang disebut sebagai Shiddiqiyyah Sejati. Oleh sebab itu, Wali Talqin Shiddiqiyyah, Bapak Al Halaj Muhyiddin pernah mengatakan " Shiddiqiyah itu bukan-lah yang dzikir jahar, bukanlah yang santunan nasional, tetapi Shiddiqiyyah itu adalah Al Mukarom Bapak Kyai Mochammad Muchtar Mu'thi ( Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah Indonesia)." Segala sesuatu yang ada pada diri Beliau itu adalah Shiddiqiyyah.

Beliau-lah Shiddiqiyyah Sejati. Beliau-lah  Sang Panutan. Beliau-lah Sang Pembuka. Beliau-lah Babur Rohmah. Beliau-lah Sang Pencerah. Beliau-lah Sang Genius. Beliau-lah Sang Penuntun. Beliau-lah Pewaris Para Nabi.

Syech Muctarulloh Al Mujtabaa.

Lantas, kenapa kebanyakan murid Shiddiqiyyah saat ini masih banyak yang beranggapan bahwa Thoriqoh Shiddiqiyah ini metode dzikirnya hanya Ritual saja. Apakah Santunan Nasional bukan merupakan pendidikan baginya?

Apakah Pembangunan Rumah Syukur Kemerdekaan Indonesia bukan Pendidikan?Apakah aktif dalam berorganisasi bukan pendidikan dari Beliau? Apakah Pembangunan Gedung Jamiatul Mudzakkirin bukan suatu pendidikan? Semuanya itu adalah merupakan wujud dari Ke-genius-an Beliau dalam mengembangkan metode dzikir yang ada di Shiddiqiyyah. Kesemuanya itu memiliki pancaran daya Taqwa dan Hikmah yang luar biasa. Apakah semuanya itu hanyalah bentuk ibadah sosial yang tidak memiliki pancaran Ridho Sang Guru? Bukankah kita selama ini mengharap² Ridho dari Sang Mursyid? Lantas bagaimana seorang murid yang buta bisa sampai kepada tujuannya jika tidak mengikuti petunjuk Sang Penuntun?

Itulah sebabnya, hingga saat ini kita masih belum selesai dengan diri kita sendiri. Sedangkan, waktu terus berjalan. Alam terus berubah. Dunia semakin berkembang. Tehnologi semakin maju. Tapi, lihatlah diri kita sekarang. Masih berputar² satu titik.

Marilah kita insyafi bersama,kawan!

Bahwa sesungguhnya Ibadah Sosial yang ada didalam Thoriqoh Shiddiqiyyah ini adalah bentuk lain atau perwujudan dari Dzikir Ritual yang sudah kita jalani. Kesemuanya itu dapat terwujud hanya berdasarkan Petunjuk Beliau. Setiap Program yang ada didalam Thoriqoh Shiddiqiyyah mempunyai Daya Taqwa yang Sangat Dahsyat. Dan energi ini hanya bisa dicerap oleh mereka yang mau menginsyafi dan mengamalkannya dengan Yaqin dan Ikhlas.

Kemudian, kita ambil salah satu program yang ada di Thoriqoh Shiddiqiyyah. Pembangunan Gedung Jamiatul Mudzakkirin. Gedung Jamiatul Mudzakkirin secara Fungsional, merupakan tempat untuk menyampaikan ajaran dzikir yang ada di Shiddiqiyyah. Tetapi, secara maknawi, Gedung Jamiatul Mudzakkirin ini merupakan lambang dari Laailahaillalloh itu sendiri. Beliau Sang Mursyid pernah mengatakan bahwa " kalimat LAA ILAHA ILLALOH adalah kalimat tertinggi nilainya dan Gedung Jamiatul Mudzakkirin merupakan Tempat untuk mengajarkan Laa Ilaha Illalloh. Maka, nilai dari Gedung Jamiatul Mudzakkirin adalah yang tertinggi." Artinya, Jika kita sedangkan melaksanakan dzikir Laa Ilaha Illalloh, maka secara tidak sadar kita sedang mambangun sebuah Gedung Jamiatul Mudzakkirin dalam hati kita. Lantas, kenapa justru yang Gedung Jamiatul Mudzakkirin yang berwujud nyata kita biarkan saja?. Bukankah Pembangunan Gedung ini juga merupakan Pembangunan Rohaniah kita.? Oleh sebab itu, marilah kita sadari dan fahami kawan. Marilah kita bersama² meningkatkan semangat untuk mempercepat penyelesaian Gedung Jamiatul Mudzakkirin yang ada di daerah kita masing². Marilah kita berperan aktif dalam wujud karya nyata dalam Program ini. Baik itu secara Material maupun Moral. Baik itu berupa Dana maupun Tenaga. Baik untuk kebaikan diri kita sendiri maupun kepentingan seluruhnya. Karena, dengan ikut aktif dalam program "Percepatan Pembangunan Gedung Jamiatul Mudzakkirin", maka kita ikut juga dalam membangun peradaban Manusia di masa depan.

Sang Guru pernah mengatakan, bahwa kebaikan yang dicintai Alloh adalah lestarinya walaupun sedikit. Artinya, walaupun kita belum bisa menyisihkan yang banyak, tetaplah melestarikan yang sedikit. Biarpun sedikit, asalkan rutin, itu lebih baik daripada banyak hanya sesekali. Shodaqoh yang kecil dan rutin, tapi berhikmah besar adalah Shodaqoh Ayyamush Shodaqoh. Apa itu Ayyamush Shodaqoh? Silahkan dapatkan penjelasan yang lengkap melalui buku yang sudah diterbitkan oleh Opshid Pusat yang berjudul "Ayyamush Shodaqoh"