Pelajaran Pokok Shiddiqiyyah(6)
Babakan (Masalah) Puasa
Setelah paling tidak kita memahami mengapa kok ada mandi taubatnya dan mengapa kok malam hari normalnya antara jam 12 malam - jam 3 pagi, maka pertanyaan saya lanjutkan, mengapa kok mesti puasa?
Sebagaimana sebelumnya sudah saya sampaikan bahwa "la allakum tattaqun" "niscaya kamu akan menjadi orang yg taqwa" mesti ditempuh lewat 3 jalan besar yaitu sholat (Ummul ibadah), puasa dan dzikir, maka demikian juga ritual taubat itu juga dilakukan melalui 3 hal ini yaitu, sholat taubat, puasa taubat dan dzikir kalimat taubat..Laa ilahaa ilalloh..
Quran Surat Al-Baqarah Ayat 183
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn
" Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"
Mengapa puasa? Ada yg istimewa apa dg puasa?
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
الصيام جُنَّة
Al-shoumu junnah
“Puasa itu perisai.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Perisai dari apa? Melindungi diri kita dari apa?
Karena Nabi Muhammad Saw tidak menyampaikan secara detail dan tidak menjelaskan secara detail, maka bisa dipahami bahwa "Puasa sebagai perisai" berlaku untuk apapun baik menjadi perisai bagi diri kita dari serangan diri kita sendiri, maupun dari serangan yg dari luar diri.
Perisai diri kita dari diri kita sendiri.
Ketahuilah bahwa diri kita yg negatif bisa menyerang, merusah dan membunuh diri kita sendiri. Semisal lintasan hati kita yg negatif (khotir negatif), pikiran-pikiran kita yg negatif, perbuatan-perbuatan kita yg negatif, itu bisa merusak diri kita dan menghancurkan diri kita.
Maka melalui puasa kita memasang perisai bagi diri kita dari serangan diri kita dari kemasiatan diri kita.
Disebutkan dalam hadits dengan redaksi lain,
الصِّيَامُ جُنّةٌ مِنَ النَّارِ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ القِتَالِ
“Puasa adalah perisai dari neraka sebagaimana perisai kalian dalam perang.”
Bahwa puasa yang dikerjakan seseorang bisa menghalangi dan melindunginya dari mengerjakan maksiat. Maksiat itu adalah sebab seseorang mendapat siksa neraka.
Ibnu al-Atsir rahimahullah dalam Al-Nihayah berkata: makna puasa sebagai Junnah (perisai/tameng) adalah puasa melindungi pelakunya dari syahwat (keinginan-keinginan nafsu) yang akan menyakitinya.
Puasa menjadi hijab (pembatas) di mana orang yang berpuasa berlindung di baliknya sehingga tidak memperturutkan hawa nafsunya. Memperturutkan hawa nafsu menyebabkan dirinya jatuh ke dalam dosa. Dengan dosa ini dia terancam dengan siksa neraka. Dari sini, puasa menjadi hijab dari neraka. Karena puasa melindungi dirinya dari memperturutkan syahwatnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
حُجِبَتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
"Neraka diliputi oleh syahwat (kesenangan-kesenangan) sedangkan surga diliputi oleh sesuatu yang dibenci." (Muttafaq 'Alaih, lafaz milik Al-Bukhari)
Siapa yang memperturutkan kesenangan syahwatnya, hakikatnya, ia telah menjebol batas yang menghalangi dirinya dari neraka.
“Puasa itu adalah perisai, maka janganlah mengucapkan ucapan yang kotor, dan janganlah bertindak bodoh, dan jika ada orang yang sewenang-wenang merebut haknya atau mencelanya, maka katakan, ‘Saya sedang puasa’ -dua kali-.” (HR. Al-Bukhari)
Diri kitalah yg membentengi diri kita melalui puasa, membentengi dari lintasan hati yg negatif, dari pikiran-pikiran yg negatif, dari perkataan yg negatif, dari perbuatan yg negatif..
Pelajaran Pokok Shiddiqiyyah